Tes spirometri adalah tes yang dilakukan untuk menilai fungsi kerja paru-paru. Pemeriksaan ini bermanfaat untuk mengenali penyakit asma, fibrosis paru, penyakit paru obstruksi kronis (PPOK), hingga fibrosis kistik.

Spirometer adalah alat untuk mendiagnosis masalah pernapasan, seperti asma, PPOK, dan fibrosis paru.
Apa Itu Tes Spirometri?
Tes spirometri adalah prosedur medis yang digunakan untuk mengukur kapasitas paru-paru dan fungsi pernapasan seseorang. Tes ini berfungsi untuk mengukur volume udara yang dapat dihirup, volume udara yang dapat dikeluarkan, dan kecepatan pernapasan.
Selama tes, seseorang diminta untuk mengambil dan meniup napas dalam sebuah alat khusus yang disebut spirometer. Hasil tes spirometri memberikan informasi penting tentang kapasitas paru-paru, kecepatan aliran udara, dan kemampuan pernapasan seseorang.
Spirometer adalah alat yang berguna dalam mendiagnosis berbagai masalah pernapasan, seperti asma, penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), fibrosis paru, dan lainnya.
Selain itu, tes ini juga dapat digunakan untuk memantau respons terhadap pengobatan dan mengukur perkembangan penyakit paru-paru. Tes spirometri adalah alat penting dalam perawatan dan manajemen kondisi pernapasan.
Baca Juga: Kanker Paru-Paru Waspadai Gejalanya!
Kondisi yang Perlu Diperiksa dengan Tes Spirometri
Adapun beberapa kondisi yang memerlukan tes spirometri, di antaranya:
1. Asma
Tes spirometri sangat berguna dalam diagnosis dan manjemen asma. Asma adalah kondisi pernapasan kronis yang ditandai oleh penyempitan saluran udara yang menyebabkan kesulitan bernapas dan menimbulkan suara mengi serta batuk.
Dalam tes spirometri, pasien dengan asma akan menunjukkan pola aliran udara yang terbatas saat menghirup dan mengeluarkan udara.
Hasilnya dapat membantu dokter dalam menilai seberapa sering terjadi penyempitan saluran udara dan tingkat keparahannya. Dengan begitu, dapat merancang rencana pengobatan yang tepat.
2. Fibrosis Paru
Fibrosis paru adalah kondisi di mana jaringan paru mengeras dan berdinding tebal, menghambat kemampuan paru-paru untuk mengembang dan mengisi udara. Dalam tes spirometri, pasien akan menunjukkan kapasitas paru-paru yang menurun dan aliran udara yang terbatas.
Tes ini digunakan untuk mengukur tingkat kerusakan paru-paru dan dapat digunakan untuk memantau perkembangan penyakit seiring waktu.
3. Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK)
Kondisi ini merupakan penyakit pernapasan kronis, termasuk bronkitis kronis dan emfisema. Spirometri sering digunakan untuk mendiagnosis dan memantau PPOK.
Pasien dengan PPOK akan menunjukkan penyempiran saluran udara yan berkelanjutan. Dengan hasil tes ini dokter akan merencanakan perawatan dan memantau respons terhadap pengobatan.
Baca Juga: Jenis Fisioterapi Dada Sesuai Kebutuhan dan Prosedurnya
4. Fibrosis Kistik
Fibrosis kistik adalah kondisi genetik yang memengaruhi fungsi kelenjar lendir dan menyebabkan penumpukan lendir di saluran pernapasan. Ini mengganggu kemampuan pasien untuk bernapas dan seringkali menyebabkan infeksi paru-oaru.
Dalam tes ini, pasien mengalami penurusan kapasitas paru-paru dan aliran udara yang terbatas. Tes ini menjadi penting dalam pemantauan dan manajemen perubahan fungsi paru-paru yang mungkin terjadi seiring waktu.
Cara Kerja Spirometri
Perangkat spirometer dilengkapi dengan penanda untuk mengukur jumlah napas yang akan diambil. Ketika menjalani pemeriksaan ini, tenaga medis akan memberikan instruksi yang rinci tentang cara bernapas dan apa yang mereka ingin evaluasi, serta bagaimana melakukan berbagai manuver pernapasan.
Sebelum mengukur tes spirometri, tenaga medis akan menyarankan untuk:
- Berhenti mengonsumsi obat pernapasan untuk sementara waktu.
- Mengenakan pakaian longgar dan nyaman yang tidak memberi tekanan pada dada.
- Tidak makan berlebihan setidaknya dua jam sebelum pengukuran.
- Hindari aktivitas fisik berat setidaknya 30 menit sebelum pengukuran.
Baca Juga: Waspadai Penyakit ISPA dan Gejalanya

Hasil spirometri dianggap normal jika mencapai 80% atau lebih dari nilai umum dalam kelompok usia Anda.
Prosedur Spirometri
Berikut adalah langkah-langkah dalam prosedur spirometri:
- Persiapan Pasien: Pasien duduk nyaman, tenaga medis menjelaskan tujuan tes. Harap menggunakan pakaian longgar. Obat pernapasan mungkin dihentikan (sesuai saran dokter).
- Pengukuran Dasar: Data dasar pasien dicatat: usia, tinggi, berat badan, dan mungkin tekanan darah serta denyut nadi.
- Penjelasan Instruksi: Tenaga medis memberikan instruksi tentang cara bernapas, mengambil napas dalam-dalam, menahan napas, dan menghembuskan udara ke alat spirometer.
- Pemanasan: Pasien lakukan beberapa napas normal untuk persiapan.
- Pengukuran Utama: Pasien hirup sebanyak mungkin, lalu hembuskan udara sekuat mungkin ke spirometer. Tes ini diulang beberapa kali.
- Interpretasi Hasil: Hasil diinterpretasi untuk mengukur berbagai parameter pernapasan dan dibandingkan dengan nilai referensi.
- Penyimpulan dan Rekomendasi: Dokter membuat diagnosis atau memberi rekomendasi perawatan berdasarkan hasil tes, dan hasil ini bisa menjadi dasar pemantauan pernapasan pasien.
Hasil Pembacaan Normal pada Spirometer
Hasil spirometri yang normal dipengaruhi oleh beberapa faktor, termasuk:
- Usia
- Tinggi Badan
- Ras
- Jenis Kelamin
- Riwayat Penggunaan Produk Tembakau
Spirometri mengukur dua komponen utama:
- Kapasitas vital paksa (FVC): FVC adalah jumlah udara maksimal yang dapat Anda hirup setelah mengambil napas dalam-dalam.
- Volume ekspirasi paksa (FEV1): FEV1 adalah jumlah udara yang dapat Anda hirup dalam satu detik.
Setelah menjalani tes, penyedia layanan kesehatan akan membandingkan hasil Anda dengan pembacaan umum yang sesuai dengan demografi Anda. Hasil yang dianggap normal adalah jika skor mencapai 80% atau lebih dari nilai yang umumnya ditemukan dalam demografi Anda.
Baca Juga: Fakta Penyakit TBC yang Perlu Diketahui
Adakah Efek Samping dari Alat Tes Spirometri?
Alat tes spirometri umumnya dianggap aman. Tetapi ada beberapa efek samping yang dapat muncul. Setelah tes, seseorang mungkin akan merasakan pusing atau lemas karena usaha pernapasan yang kuat. Namun, ini bersifat sementara.
Proses pengukuran spirometri juga bisa menyebabkan sesak napas sesaat atau memicu batuk ringan, terutama pada pasien dengan gangguan pernapasan.
Ada juga risiko alergi terhadap bahan desinfektan yang digunakan untuk membersihkan alat spirometri, meskipun risiko ini sangat rendah. Kelelahan setelah tes yang intensif juga bisa dirasakan.
Meskipun demikian, manfaat dalam mendiagnosis atau mengelola masalah pernapasan seringkali lebih besar daripada risiko efek samping yang jarang terjadi ini. Jika ada kekhawatiran atau efek samping yang mencemaskan, penting untuk berkonsultasi dengan penyedia layanan kesehatan.
Telah direview oleh dr. Loyce Risnauli
Source:
- Spirometri-Canadian Lung Association
- Spirometri-Cleveland Clinic
- Prosedur Spirometri: Cara Persiapan, Efek Samping, dan Risiko