Penyebab skoliosis bisa terjadi, mulai dari faktor genetik hingga cacat lahir. Selain itu, bertambahnya usia bisa menyebabkan kelengkungan tulang belakang akibat menyusutnya jaringan otot. Skoliosis bisa sembuh, tergantung tingkat keparahan gejalanya.
Anda bisa mengatasi skoliosis dengan menjalani terapi fisik.
Gangguan skoliosis sering terjadi pada anak-anak saat memasuki usia remaja, khususnya wanita. Kondisi ini memiliki gejala berupa bagian bahu atau pinggul tidak rata karena adanya lengkungan tulang belakang.
Pada kebanyakan kasus, gejala skoliosis ringan tidak membutuhkan perawatan medis karena bisa sembuh dengan sendirinya, terutama pada anak-anak. Namun, dokter dapat merekomendasi penyangga punggung dan terapi fisik untuk mengobati kelengkungan tulang belakang.
Penyebab Skoliosis
Skoliosis adalah kondisi ketika tubuh mengalami kelengkungan tulang belakang tidak normal. Kondisi ini bisa terlihat dari bentuk punggung menyerupai huruf “S” atau “C”. Skoliosis disebabkan karena adanya kebiasaan yang memengaruhi postur tubuh menjadi buruk, seperti mengangkat barang berat.
Cara mencegah skoliosis bisa dilakukan dengan melatih postur tubuh yang baik. Berikut beberapa penyebab kelainan ini yang perlu diketahui:
1. Faktor Genetik
Skoliosis bisa menjadi salah satu penyakit bawaan, seperti sindrom Marfan dan sindrom Down. Jenis sindrom ini dapat memengaruhi bentuk tulang belakang tidak normal.
Misalnya, penderita sindrom Marfan memiliki bentuk tubuh kurus, tinggi, dan tulang dada menonjol keluar. Sementara itu, penderita sindrom Down memiliki dua tulang belakang di leher yang tidak sejajar. Akibatnya, penderita bisa mengalami cedera serius pada sumsum tulang belakang.
Skoliosis ringan seringkali tidak menimbulkan gejala. Namun, kelainan ini bisa membahayakan postur tubuh apabila memiliki ciri-ciri, seperti tulang belikat menonjol sebelah, nyeri punggung, dan salah satu bahu terlihat turun.
Baca Juga: Waspadai 8 Penyebab Nyeri Punggung dan Pencegahannya
2. Distrofi Otot
Penyebab skoliosis pada remaja bisa terjadi karena adanya distrofi otot. Kondisi ini mengakibatkan otot menjadi lemah dan kehilangan fungsinya secara cepat.
Distrofi otot lebih sering dialami oleh pria dibandingkan wanita. Kelainan ini merupakan penyakit langka yang bisa diturunkan dari orang tua ke anak. Seiring berjalannya waktu, distrofi otot bisa semakin memburuk apabila tidak segera diatasi segera mungkin.
Penderita juga kerap mengalami gangguan berjalan, berbicara, dan merawat diri. Kondisi ini membutuhkan penanganan dari dokter apabila anak sering jatuh, sulit berdiri atau duduk, dan keterlambatan tumbuh kembang.
3. Gangguan Tulang Belakang
Skoliosis dapat disebabkan oleh cedera atau kerusakan ligamen dan cakram pada tulang belakang. Kondisi ini bisa terjadi karena adanya pukulan atau kecelakaan secara mendadak.
Akibatnya, punggung dapat mengalami kelengkungan hingga patah tulang. Selain itu, gangguan tulang belakang bisa berupa kanker, peradangan, arthritis, dan infeksi penyakit.
4. Cerebral Palsy
Cerebral palsy merupakan jenis penyakit yang disebabkan oleh gangguan pada otot, gerak, dan koordinasi tubuh. Penyakit ini biasanya dialami oleh ibu hamil, proses persalinan, atau satu tahun pertama setelah kelahiran.
Jika diabaikan dalam waktu lama, kondisi ini bisa memicu komplikasi berupa skoliosis dan gangguan kesehatan lainnya. Bahkan, cerebral palsy mengakibatkan ketidakmampuan tubuh dalam berjalan.
5. Bertambahnya Usia
Selain anak-anak, orang dewasa dapat mengalami kelengkungan tulang belakang yang dikenal dengan sebutan skoliosis degeneratif. Kondisi ini disebabkan oleh kekakuan sendi tulang belakang dan menyusutnya jaringan otot.
Faktor yang dapat meningkatkan risiko skoliosis degeneratif adalah bertambahnya usia. Kondisi ini kerap dialami oleh usia di atas 50 tahun.
Baca Juga: Info Medis Tulang Lutut Bergeser: Gejala hingga Pengobatan
6. Cacat Lahir
Cacat lahir menjadi salah satu penyebab skoliosis paling umum. Pada kondisi ini, tulang rusuk atau tulang belakang bayi tidak memiliki bentuk yang sempurna.
Salah satu contoh cacat lahir yang bisa terjadi adalah spina bifida. Kondisi ini menyebabkan gangguan pada tulang belakang atau sumsum tulang belakang bayi. Spina bifida ditandai dengan tabung saraf yang tidak menutup atau berkembang dengan sempurna. Biasanya, dokter mendeteksi penyakit langka ini saat bayi baru lahir atau memasuki masa remaja.
Selain faktor genetik, penyebab skoliosis ringan bisa terjadi karena kebiasaan buruk yang sering dilakukan sehari-hari. Kondisi ini bisa diatasi dengan olahraga teratur untuk menjaga postur tubuh dan memperkuat otot punggung di bagian bawah.
Kebiasaan yang Meningkatkan Risiko Skoliosis
Selain penyebab skoliosis, terdapat kebiasaan buruk yang perlu dihindari untuk mencegah risiko terkena kelainan ini. Adapun beberapa kebiasaan penyebab skoliosis, antara lain:
1. Sering Membawa Barang Berat
Kebiasaan ini kerap dialami oleh anak-anak yang sedang dalam masa pertumbuhan tulang. Hal ini terjadi ketika anak membawa barang berat, seperti buku pelajaran yang terlalu banyak di dalam tas.
Tanpa disadari, kebiasaan membawa barang berat bisa memicu tubuh miring hingga kelengkungan tulang belakang. Anda dapat memberikan postur tubuh anak ke ahli fisioterapi secara rutin untuk mencegah terjadinya skoliosis.
2. Duduk dengan Posisi Miring
Ketika duduk, Anda cenderung mencari posisi yang nyaman, salah satunya adalah duduk dengan posisi miring. Namun, posisi duduk ini berbahaya bagi kesehatan tubuh, terutama pada bagian tulang belakang.
Posisi duduk miring juga membuat tubuh meliuk atau lurus sehingga memicu kelengkungan postur tubuh. Jika dibiasakan, kondisi ini bisa menjadi penyebab tulang belakang bengkok.
3. Duduk Bersila
Selain posisi miring, duduk bersila dapat memicu kelengkungan tulang bagian belakang. Posisi duduk ini dilakukan dengan cara menyilang kaki yang mengakibatkan tubuh tidak sejajar.
Bahkan, duduk bersila juga menyebabkan bagian tubuh cenderung lebih tinggi atau rendah daripada bagian lainnya. Hal inilah yang mampu meningkatkan risiko skoliosis.
4. Berbaring Tengkurap
Posisi ini biasanya sering dilakukan saat Anda membaca buku. Banyak orang menyukai posisi berbaring tengkurap karena lebih nyaman.
Namun, kondisi ini bisa memicu gangguan postur tubuh, salah satunya adalah skoliosis. Bukan hanya itu saja, berbaring tengkurap juga membuat aliran darah menjadi tidak lancar.
5. Duduk Sambil Tiduran di Meja
Menaruh kepala di meja merupakan posisi duduk yang sering dialami oleh banyak orang. Posisi ini sebaiknya dihindari karena menyebabkan skoliosis pada tubuh.
Bahkan, postur tubuh akan melengkung atau berbelok ke posisi yang tidak seharusnya. Kondisi ini bisa semakin parah apabila dibiarkan secara terus-menerus.
Baca Juga: Waspadai 5 Ciri-Ciri Patah Tulang, dari Nyeri hingga Memar
6. Duduk di Tempat Tidak Rata
Posisi duduk ini biasanya sering dialami oleh pria dibandingkan wanita. Biasanya, pria cenderung menaruh dompet di saku belakang.
Ketika duduk, dompet terkadang dibiarkan hingga terasa seperti duduk di tempat tidak rata. Posisi ini ternyata bisa memicu rasa tidak nyaman pada tulang belakang. Bahkan, postur tubuh dapat melengkung atau berbelok sehingga meningkatkan risiko terkena skoliosis.
Cara Mengatasi Skoliosis
Meskipun skoliosis tidak bisa kembali normal atau sembuh secara total, tetapi terdapat beberapa cara mengatasi skoliosis yang perlu diketahui, sebagai berikut:
- Terapi fisik
- Penggunaan korset tulang belakang
- Operasi atau pembedahan
- Mengonsumsi obat pereda nyeri sesuai resep dari dokter
- Rutin mengunjungi layanan kesehatan secara berkala untuk memantau gejala yang terjadi
- Olahraga secara teratur untuk memperkuat otot inti dan mendukung fleksibilitas
Perlu diketahui bahwa bahaya skoliosis bisa menimbulkan komplikasi, seperti nyeri punggung berkepanjangan dan kerusakan saraf tulang belakang. Jika Anda mengalami gejala skoliosis yang tidak kunjung sembuh, sebaiknya segera kunjungi dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat.
Anda bisa mengunjungi Ciputra Medical Center terdekat untuk mendapatkan penanganan yang tepat. Ciputra Medical Center menyediakan beragam layanan kesehatan mulai dari konsultasi dengan dokter umum hingga Medical Check Up (MCU).
Mari percayakan kesehatan Anda dan keluarga Anda di Ciputra Medical Center!
Telah direview oleh dr. Loyce Risnauli
Source:
- Mayo Clinic. Causes of Scoliosis. Mei 2024.
- Medical News Today. Everything You Need to Know About Scoliosis. Mei 2024.
- Johns Hopkins Medicine. 5 Facts about Scoliosis Every Parent Should Know. Mei 2024.