Waktu untuk pemeriksaan organ intim pria dianjurkan saat memasuki usia reproduktif antara 22-25 tahun. Sedangkan wanita berusia di atas 21 tahun dan telah aktif secara seksual. Pemeriksaan ini sebagai deteksi dini.
Pemeriksaan organ intim secara rutin dapat mendeteksi dini masalah kesehatan alat reproduksi, seperti infeksi menular seksual.
Organ intim, baik pada pria maupun wanita memiliki peran penting dalam menjaga kesehatan secara keseluruhan. Bila tidak dijaga akan meningkatkan risiko penyakit kelamin.
Oleh karena itu, penting bagi Anda untuk melakukan pemeriksaan rutin terhadap organ intim guna mendeteksi dini dan mencegah potensi masalah kesehatan yang bisa timbul. Lantas, kapan waktu untuk pemeriksaan organ intim yang tepat? Ketahui penjelasan lengkapnya dalam artikel ini.
Waktu yang Tepat untuk Memeriksakan Organ Intim Pria dan Wanita
Pemeriksaan kesehatan organ intim sangat penting untuk menjaga kesehatan reproduksi pria dan wanita. Bagi wanita, pemeriksaan rutin ke dokter spesialis obstetri dan ginekologi yang sering disebut dokter obgyn atau dokter kandungan sangat dianjurkan. Tidak hanya untuk wanita hamil atau menjalani program kehamilan, tetapi juga untuk wanita yang sehat.
Waktu untuk pemeriksaan organ intim wanita sebaiknya dilakukan secara rutin setiap 1-5 tahun sekali. Tujuannya adalah untuk memastikan kesehatan reproduksi tetap terjaga dan mencegah berbagai gangguan yang dapat terjadi.
Pemeriksaan kesehatan ini juga penting dilakukan pada wanita yang berusia di atas 21 tahun dan telah aktif secara seksual. Pada usia ini, risiko terkena berbagai masalah kesehatan reproduksi meningkat sehingga pemeriksaan rutin dapat membantu mendeteksi masalah sejak dini.
Selain itu, pemeriksaan juga dianjurkan jika terdapat perubahan pada siklus menstruasi, menjelang menopause, atau untuk memantau kondisi janin dan kehamilan.
Anda juga harus segera memeriksakan diri ke dokter kandungan jika mengalami gejala yang mengkhawatirkan terkait organ kewanitaan. Beberapa gejala tersebut antara lain adalah perubahan volume atau frekuensi siklus menstruasi, kram perut yang tidak biasa, dan nyeri saat buang air kecil atau saat berhubungan seksual. Deteksi dini terhadap gejala-gejala ini sangat penting untuk mencegah kondisi yang lebih serius.
Bagi pria, pemeriksaan ke dokter spesialis andrologi juga sangat penting, terutama saat memasuki usia reproduktif antara 22-25 tahun. Pria perlu waspada terhadap fungsi seksualnya, seperti adanya mimpi basah, munculnya libido, dan kondisi abnormal pada organ reproduksi.
Memasuki usia tua, perhatian lebih diperlukan terhadap kemampuan seksual dan fungsi tubuh yang mulai menurun karena kemungkinan berkurangnya fungsi hormonal. Pemeriksaan rutin dapat membantu pria menjaga kesehatan reproduksi dan mengatasi masalah sejak dini.
Baca Juga: Mengenal Dispareunia atau Sakit Saat Berhubungan Intim
Jenis Pemeriksaan Organ Intim Pria
Untuk cek kesehatan organ intim pria, ada beberapa jenis pemeriksaan yang bisa Anda lakukan:
1. Uji Stres Oksidatif Sperma
Uji stres oksidatif sperma dilakukan untuk menilai tingkat stres oksidatif yang dapat merusak sperma. Stres oksidatif terjadi ketika ada ketidakseimbangan antara produksi radikal bebas (molekul reaktif yang merusak) dan kemampuan tubuh untuk menetralisirnya dengan antioksidan.
Radikal bebas dapat merusak membran sel sperma, protein, dan DNA yang semuanya berkontribusi pada penurunan kualitas sperma dan kesuburan pria. Proses pengujian biasanya melibatkan pengambilan sampel semen dan analisis biokimia untuk mendeteksi adanya radikal bebas serta tingkat antioksidan dalam semen.
Metode yang umum digunakan termasuk teknik kolorimetri dan spektrofotometri, yang mengukur produk sampingan dari stres oksidatif, seperti malondialdehid (MDA). Hasil dari uji ini membantu dokter menentukan apakah perlu intervensi seperti suplementasi antioksidan atau perubahan gaya hidup untuk mengurangi stres oksidatif dan meningkatkan kualitas sperma.
2. Analisis Semen
Analisis semen adalah pemeriksaan dasar yang digunakan untuk menilai kesehatan dan kualitas sperma. Proses ini melibatkan beberapa langkah yang dirancang untuk mengukur parameter penting seperti jumlah sperma, motilitas (gerakan sperma), morfologi (bentuk sperma), dan volume semen.
- Jumlah Sperma: Menghitung jumlah sperma dalam satu mililiter semen. Jumlah normal berkisar antara 15 juta hingga lebih dari 200 juta sperma per mililiter.
- Motilitas: Menilai persentase sperma yang bergerak dan cara mereka bergerak. Sperma yang sehat harus bergerak maju dengan kecepatan yang baik.
- Morfologi: Menilai bentuk dan struktur sperma. Sperma yang sehat memiliki kepala oval dan ekor panjang yang membantu mereka bergerak menuju sel telur.
- Volume Semen: Mengukur jumlah cairan semen yang dikeluarkan saat ejakulasi. Volume normal adalah antara 1,5 hingga 5 mililiter.
Analisis semen sering dilakukan di laboratorium menggunakan mikroskop dan teknik pencitraan digital. Hasil dari analisis ini memberikan gambaran lengkap tentang kesuburan pria dan membantu dalam diagnosis masalah reproduksi seperti oligospermia (jumlah sperma rendah), astenospermia (motilitas sperma rendah), dan teratospermia (bentuk sperma abnormal).
Wanita usia di atas 21 tahun atau sudah aktif berhubungan seksual, disarankan melakukan pemeriksaan.
3. Tes Kelangsungan Hidup Sperma
Tes kelangsungan hidup sperma menilai berapa lama sperma dapat bertahan hidup dalam kondisi tertentu. Sampel semen diinkubasi pada suhu tubuh (37 derajat Celsius) selama 24-48 jam, lalu diperiksa di bawah mikroskop untuk menentukan persentase sperma yang masih hidup.
Hasil tes ini memberikan informasi tentang daya tahan sperma dalam lingkungan reproduksi wanita. Jika viabilitas sperma rendah, dokter mungkin merekomendasikan perawatan khusus atau teknik reproduksi berbantuan untuk meningkatkan peluang kehamilan.
4. Uji Fragmentasi DNA pada Sperma
Uji fragmentasi DNA sperma dilakukan untuk mengukur tingkat kerusakan DNA dalam sperma. Fragmentasi DNA dapat terjadi akibat berbagai faktor seperti stres oksidatif, infeksi, paparan bahan kimia, atau radiasi.
Sperma dengan DNA yang terfragmentasi memiliki potensi lebih rendah untuk membuahi sel telur dan dapat menyebabkan keguguran atau masalah genetik pada keturunan. Uji ini penting bagi pria yang mengalami infertilitas atau memiliki riwayat keguguran berulang.
Proses uji ini biasanya melibatkan pengambilan sampel semen dan menggunakan teknik laboratorium khusus untuk mengukur tingkat fragmentasi DNA dalam sperma.
Baca Juga: Keputihan Seperti Ampas Tahu? Ternyata Ini 5 Penyebabnya
5. Analisis Semen Retrograde
Analisis semen retrograde dilakukan untuk mendeteksi apakah sperma masuk ke kandung kemih alih-alih keluar melalui penis selama ejakulasi. Kondisi ini dikenal sebagai ejakulasi retrograde dan dapat menjadi penyebab infertilitas pada pria.
Selama ejakulasi normal, sperma seharusnya keluar melalui uretra. Namun, pada ejakulasi retrograde, otot sfingter kandung kemih tidak berfungsi dengan baik, sehingga sperma masuk ke dalam kandung kemih.
Untuk mendiagnosis kondisi ini, dokter akan meminta pasien untuk memberikan sampel urin setelah ejakulasi dan menganalisis keberadaan sperma dalam urin tersebut. Jika sperma ditemukan dalam urin, ini menandakan adanya ejakulasi retrograde.
6. Uji Pengikatan Hyaluronan Sperma
Uji pengikatan hyaluronan sperma dilakukan untuk menilai kemampuan sperma untuk berikatan dengan hyaluronan yang merupakan komponen penting dari sel telur. Hyaluronan adalah zat alami yang ditemukan di sekitar sel telur, dan kemampuan sperma untuk berikatan dengan hyaluronan menunjukkan kualitas dan kesehatan sperma.
Sperma yang sehat dan matang biasanya memiliki kemampuan lebih baik untuk berikatan dengan hyaluronan sehingga uji ini dapat membantu mengevaluasi potensi fertilitas pria. Uji ini sering digunakan dalam prosedur reproduksi berbantuan seperti inseminasi intrauterin (IUI) atau fertilisasi in vitro (IVF). Hal ini untuk memilih sperma dengan kualitas terbaik yang akan digunakan dalam proses pembuahan.
Jenis Pemeriksaan Organ Intim Wanita
Berikut adalah beberapa jenis pemeriksaan organ intim wanita yang sering dilakukan oleh dokter spesialis obstetri dan ginekologi (obgyn):
1. USG Transvagina
USG transvagina adalah pemeriksaan ultrasonografi yang menggunakan transduser yang dimasukkan ke dalam vagina untuk menghasilkan gambar organ reproduksi wanita, seperti rahim, ovarium, dan saluran tuba. Pemeriksaan ini memberikan gambaran yang lebih jelas dan detail dibandingkan dengan USG abdominal.
USG transvagina sering digunakan untuk mendiagnosis berbagai kondisi, seperti kista ovarium, fibroid rahim, endometriosis, dan masalah lain yang berkaitan dengan infertilitas.
2. Laparoskopi
Laparoskopi merupakan prosedur bedah minimal invasif yang digunakan untuk memeriksa organ dalam panggul dan perut wanita. Prosedur ini dilakukan dengan membuat sayatan kecil di perut dan memasukkan alat yang disebut laparoskop, yaitu tabung tipis dengan kamera di ujungnya.
Laparoskopi memungkinkan dokter untuk melihat langsung organ-organ reproduksi seperti rahim, ovarium, dan saluran tuba. Prosedur ini sering digunakan untuk mendiagnosis dan mengobati kondisi seperti endometriosis, kista ovarium, fibroid rahim, dan adhesi panggul.
3. Histerosalpingografi (HSG)
Histerosalpingografi (HSG) adalah pemeriksaan rontgen yang dilakukan untuk mengevaluasi bentuk dan struktur rahim serta patensi (keterbukaan) saluran tuba falopi. Prosedur ini melibatkan penyuntikan zat kontras ke dalam rahim melalui leher rahim.
Kemudian diambil gambar rontgen untuk melihat aliran zat kontras melalui rahim dan saluran tuba. HSG biasanya dilakukan pada wanita yang mengalami kesulitan hamil untuk mendeteksi adanya hambatan atau penyumbatan di saluran tuba, serta untuk mengevaluasi bentuk rahim.
4. Kolposkopi
Kolposkopi dilakukan untuk memeriksa leher rahim, vagina, dan vulva secara lebih detail menggunakan alat yang disebut kolposkop, yaitu mikroskop khusus dengan cahaya terang. Prosedur ini biasanya dilakukan jika hasil pap smear menunjukkan adanya sel-sel abnormal atau jika terdapat gejala seperti perdarahan abnormal atau nyeri panggul.
Kolposkopi membantu dokter melihat area yang memerlukan perhatian lebih dekat dan, jika diperlukan, mengambil sampel jaringan (biopsi) untuk analisis lebih lanjut.
Baca Juga: Mengenal Dispareunia atau Sakit Saat Berhubungan Intim
Lakukan Pemeriksaan Kesehatan Organ Intim di Ciputra Medical Center
Ciputra Medical Center menawarkan layanan pemeriksaan kesehatan organ intim yang lengkap dan berkualitas tinggi. Dengan fasilitas modern dan tim medis berpengalaman, pemeriksaan ini dirancang untuk memastikan kesehatan organ reproduksi pria maupun wanita dan mendeteksi dini berbagai masalah yang mungkin timbul.
Pemeriksaan mencakup berbagai tes dan prosedur, termasuk pemeriksaan fisik, ultrasonografi, dan tes laboratorium yang mendetail sehingga memberikan gambaran menyeluruh tentang kondisi kesehatan pasien.
Selain itu, Ciputra Medical Center menjamin kenyamanan dan privasi pasien selama proses pemeriksaan. Dengan pendekatan yang profesional dan penuh empati, tim medis di sini siap memberikan konsultasi dan penanganan yang tepat berdasarkan hasil pemeriksaan.
Source:
- Hull & East Riding Fertility. What is Andrology?. Diakses 2024.
- Mayo Clinic. Pelvic Exam. Diakses 2024.