Attention deficit hyperactivity disorder (ADHD) merupakan gangguan mental yang menyebabkan seorang anak sulit untuk memerhatikan, hiperaktif, dan implusif. Kondisi tersebut nantinya dapat memengaruhi proses belajar dan cara bersosialisasi. Lalu, seperti apa ciri-ciri anak ADHD?
ADHD pada anak terlihat ketika anak memasuki usia sekolah.
Sayangnya, ADHD tidak dapat dicegah, namun dengan mengenali gejalanya lebih awal dan mendapatkan terapi yang efektif, akan membantu dalam menjaga kualitas hidup dan masa depan anak. Jika Anda merasa khawatir Si Kecil mengalami ADHD. Ulasan berikut akan mengupas tuntas ciri-ciri anak ADHD atau beberapa gejala yang dapat dikenali. Penasaran apa saja gejalanya? Yuk, cari tahu!
ADHD adalah
Sebelum mengenali apa saja ciri-ciri anak ADHD, kenali penjelasan ADHD secara umum. Attention deficit hyperactivity disorder (ADHD) adalah gangguan perkembangan saraf yang paling umum terjadi pada masa kanak-kanak. Idealnya, ADHD terdiagnosis pada masa kanak-kanak,namun seringkali baru terdiagnosa ketika penderita sudah dewasa.
Anak-anak dengan ADHD biasanya akan kesulitan berkonsentrasi di kelas, seringkali menunjukkan perilaku impulsif atau terlalu aktif dan terkesan “sulit diam”. ADHD pada anak terlihat ketika anak memasuki usia sekolah. Biasanya selama tahun-tahun awal sekolah, anak memiliki masalah dalam memperhatikan saat sedang belajar, membaca, atau melakukan aktivitas yang membutuhkan konsentrasi. Anak laki-laki lebih cenderung mengalami ADHD daripada anak perempuan.
Baca Juga: Tes Psikologi Anak Penting Dilakukan
Gejala ADHD
Jika kita memerhatikan dengan seksama tanda-tanda anak ADHD dapat dilihat dari perilakunya. Mengalami kesulitan fokus dan berperilaku tenang pada satu waktu tertentu merupakan hal yang wajar bagi anak-anak. Namun, anak-anak dengan ADHD mengalami hal ini jauh lebih sering dan cukup berat, hingga mengganggu proses belajar di sekolah, bahkan pertemanan dengan teman.
Ciri-ciri anak ADHD yang biasa terjadi, seperti hiperaktif, perilaku impulsif, kesulitan fokus. Anak-anak dengan ADHD mungkin mengalami kesulitan untuk duduk diam, mengikuti petunjuk, dan menyelesaikan tugas di rumah atau sekolah. Gejala ADHD pada anak biasanya dimulai sebelum usia anak 12 tahun. Bahkan pada beberapa anak sudah terlihat sejak usia 3 tahun. Adapun gejala ADHD pada anak yang mungkin terjadi sebagai berikut.
- Anak banyak melamun
- Anak pelupa
- Anak gelisah
- Terlalu banyak bicara
- Anak membuat kesalahan yang ceroboh
- Anak sulit menahan godaan
- Anak mengalami kesulitan bergaul dengan orang lain
- Anak mengalami kesulitan bergiliran atau bergantian
Terdapat 3 jenis ADHD, sesuai dengan gejala tertentu yang lebih mendominasi pada suatu individu. Nah, 3 Jenis ADHD tersebut meliputi:
- ADHD Inattentive Type
ADHD tipe ini membuat individu sulit untuk mengatur atau menyelesaikan tugas, memperhatikan detail atau mengikuti instruksi atau percakapan. Biasanya anak mudah terganggu konsentrasinya sehingga anak mudah hilang konsentrasi atau lupa detail rutinitas sehari-hari. - ADHD Impulsive/Hyperactive Type
ADHD tipe ini, anak cenderung banyak bicara, bisa juga terlihat gelisah. Anak sulit untuk duduk diam dalam waktu lama (misalnya, untuk makan atau mengerjakan pekerjaan rumah). Anak-anak yang berusia lebih kecil akan jauh lebih aktif ketimbang teman-temannya yang lain. Mereka dapat berlari, melompat, atau memanjat terus-menerus. Ada juga anak yang impulsif, biasanya mereka sering menggangu orang lain, mengambil barang dari orang lain atau berbicara pada waktu yang tidak tepat. Biasanya sullit bagi anak tersebut untuk menunggu giliran atau mendengarkan arahan. - ADHD Combined Type
Sesuai dengan namanya, ADHD tipe ini merupakan gabungan dari kedua jenis ADHD yang telah disebutkan di atas. Kombinasi gejala dari dua jenis ADHD terjadi pada seseorang.
Baca Juga: Depresi pada Anak: Kenali Ciri-Cirinya!
Temui ahli yang memiliki pengalaman dalam mendiagnosis dan mengobati ADHD, seperti psikiater dan psikolog.
Penyebab ADHD
Jika berbicara penyebab ADHD, sebenarnya para ilmuan sedang mempelajari penyebab dan faktor risiko dalam upaya mengurangi kemungkinan seseorang menderita ADHD. Dihimpun dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC), penelitian saat ini menunjukkan bahwa genetika memainkan peran penting. Studi terbaru tentang gen kembar menghubungkan ADHD. Selain genetika, para ilmuan juga mempelajari kemungkinan penyebab dan faktor risiko lainnya termasuk:
- Riwayat kerusakan otak
- Paparan kimia tertentu dari lingkungan selama kehamilan
- Kelahiran prematur
- Berat badan lahir rendah
Sampai saat artikel ini dibuat, data penelitian menemukan tidak adanya hubungan ADHD dengan kebiasaan terlalu banyak makan gula, terlalu sering menonton televisi, pola asuh anak atau faktor sosial dan lingkungan, seperti kemiskinan atau keluarga yang kurang harmonis. Akan tetapi, bukti yang ada memang belum cukup kuat untuk menyimpulkan apa penyebab utama ADHD.
Baca Juga: Tahapan Tumbuh Kembang Anak yang Perlu Anda Ketahui
Diagnosis ADHD
Mendiagnosis ADHD bukan merupakan perkara mudah, terutama pada anak. Dokter dapat mendiagnosis ADHD pada anak-anak dan remaja setelah mendiskusikan gejala yang dialami dengan anak, orang tua, dan guru serta mengamati perilaku anak. Dilansir dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC), dokter memakai pedoman dari American Psychiatric Association berdasarkan pada berapa banyak gejala yang dimiliki dan lama mereka mengalaminya.
Mereka juga akan mengesampingkan hal-hal lain yang mungkin menyebabkan gejala, seperti kondisi kesehatan atau masalah dalam kehidupan sehari-hari. Seorang anak juga dapat mengikuti serangkaian tes untuk memeriksa status neurologis dan psikologis mereka. Tes tersebut dilakukan untuk membantu diagnosis ADHD. Biasanya tes diberikan oleh dokter anak atau penyedia kesehatan mental yang memiliki pengalaman dalam mendiagnosis dan mengobati ADHD. Mungkin dokter akan menyarankan datang menemui ahlinya, seperti psikiater, psikolog, atau psikoterapis.
Pengobatan ADHD
Meskipun pengobatan tidak dapat menyembuhkan ADHD. Diagnosis dan pengobatan dini dapat membantu mengelola gejala. Terdapat beberapa pendekatan untuk mengobati ADHD. Pengobatan ADHD sendiri melibatkan beberapa pihak yang perlu bekerja sama; peran terapis, dokter, guru, dan orang tua sangat penting.
- Obat-Obatan
Metilfenidat merupakan obat yang paling sering diresepkan untuk mengobati ADHD. Obat ini dapat membantu mengendalikan perilaku hiperaktif dan impulsif, serta meningkatkan konsentasi. Sebagian besar efek sampingnya kecil dan akan membaik seiring waktu. Dokter juga dapat menurunkan dosis perlahan lahan bila kondisi ADHD sudah mulai terkontrol lewat terapi pada beberapa kasus.
Penting untuk dipahami, bahwa pengobatan merupakan penanganan suportif, yang digunakan dengan tujuan supaya terapi ADHD dapat berjalan dengan efektif. Pada kasus yang jarang terjadi, stimulan memiliki efek samping yang dapat memperburuk kondisi penyakit kejiwaan tertentu, seperti depresi, atau kecemasan atau rekasi psikosistik. - Terapi
Seperti yang dibahas di atas, terapi merupakan penanganan utama bagi penderita ADHD. Biasanya perawatan terapi fokus pada perubahan perilaku dan pembentukan kebiasaan baru. Biasanya untuk anak ADHD di bawah 6 tahun, American Academy of Pediatrics (AAP), merekomendasikan teapi perilaku termasuk pelatihan orang tua dalam manajemen perilaku sebagai pengobatan pertama, sebelum melakukan pengobatan lain. Lain halnya untuk usia anak 6 tahun ke atas biasanya bisa melakukan pengobatan dan terapi perilaku bersama orang tua.
Terapi ini berlangsung hingga usia 12 tahun dan jenis terapi pelatihan perilaku lainnya untuk remaja. Pada kasus tertentu, jalur pendidikan khusus dapat membantu anak belajar di sekolah. Memiliki jadwal sehari hari yang terstruktur dan rutinitas sangat membantu anak-anak dengan ADHD. Selain itu, konseling juga dapat membantu seseorang dengan ADHD mempelajari cara yang lebih baik untuk menangani emosi dan frustasi mereka. Bahkan konseling dapat membantu anggota keluarga lebih memahami anak dengan ADHD.
Itulah serba-serbi seputar ciri-ciri anak ADHD hingga pengobatan yang perlu dilakukan. Ketika seseorang anak didiagnosis dengan ADHD, wajar bahwa orag tua takut dan khawatir tentang perawatan mana yang tepat untuk anak mereka. Ada banyak pilihan pengobatan seperti yang dijelaskan di atas. Semua tergantung pada masing-masing anak dan keluarga.
Nah, untuk menemukan pilihan terbaik orang tua perlu konsultasi dengan penyedia layanan kesehatan, guru, terapis, hingga anggota keluarga lainnya. Ciputra Medical Center memiliki layanan Mind and Behaviour Clinic untuk membantu individu membentuk pola pikir yang sehat dan mampu menjalankan kehidupan lebih bahagia.
Salah satunya dengan Neurofeedback Therapy untuk melatih fungsi otak agar menjadi lebih baik. Terapi ini juga dikenal sebagai EEG Biofeedback menggunakan peralatan khusus untuk melatih fungsi otak hingga level maksimal. Neurofeedback Therapy dapat dilakukan bagi seseorang yang memiliki masalah disregulasi otak, termasuk ADHD.
Telah direview oleh dr. Edwin Halim
Source:
- Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD)
- 14 Tanda Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD)