Bahaya membentak anak bisa memperburuk perilaku, mengganggu perkembangan otak, dan meningkatkan risiko depresi pada anak. Cara mendisiplinkan anak yang tepat bisa dilakukan dengan memberi penjelasan dengan tenang dan tegas, serta terapkan aturan yang konsisten.

Membentak anak memicu depresi.
Tidak jarang orang tua meluapkan emosinya dengan membentak anak. Meskipun sering dianggap sebagai cara cepat mendisiplinkan anak, kebiasaan ini dapat memberikan dampak buruk bagi perkembangan mereka.
Teriakan, kata-kata kasar, bahkan memukul anak bisa menciptakan ketakutan dan merusak rasa percaya diri. Ini juga memengaruhi hubungan emosional antara orang tua dan anak.
Dampak Buruk Akibat Sering Membentak dan Memarahi Anak
Ketidaksiapan emosi orangtua ketika berhadapan dengan anak dapat timbul dalam berbagai bentuk sikap yang tidak nyaman baik bagi orangtua, anak, maupun anggota keluarga lainnya. Di antaranya adalah memarahi dan membentak anak.
Berikut ini adalah beberapa dampak yang dapat dialami oleh anak ketika mendapatkan perlakuan tersebut:
1. Memperburuk Perilaku Anak
Ketika orangtua memarahi dan membentak anak dengan nada bicara yang cenderung tinggi, anak akan merasa takut dan tidak dimengerti. Anak dengan kemampuan penyelesaian masalah yang belum berkembang sempurna ini berpotensi mengekspresikan perasaannya dengan tindakan berontak karena anak-anak juga ingin menunjukkan autonomi dirinya sendiri.
Itu mengapa memarahi dan membentak dapat memicu anak untuk berperilaku lebih buruk. Mengutip dari Healthline, bahaya membentak dan memukul anak bisa menimbulkan banyak masalah dalam jangka panjang. Penelitian membuktikan bahwa anak berusia 13 tahun yang dibentak oleh orang tuanya dapat meningkatkan perilaku buruk mereka di kemudian hari.
Baca Juga: Tahapan Tumbuh Kembang Anak dari Usia 0 hingga 17 Tahun
2. Mengganggu Perkembangan Otak
Bentakan atau hentakan suara yang berlebihan mampu memberikan sentakan pada sensasi tubuh anak yang mana berdampak pada aktivitas otak. Terdapat studi yang membandingkan pemindaian MRI otak pada orang yang memiliki riwayat kekerasan verbal di masa kanak-kanak.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan fisik yang nyata di bagian otak yang bertanggung jawab untuk memproses suara dan bahasa.
3. Meningkatkan Risiko Depresi
Akibat anak sering dimarahi dapat meningkatkan risiko gangguan depresi. Selain merasa sakit hati, takut, atau sedih, anak yang sering dibentak bisa mengalami gangguan psikologis hingga mereka dewasa nanti.
Sebuah penelitian membuktikan bahwa anak usia 13 tahun yang mengalami kekerasan verbal dari orang tua cenderung mengalami peningkatan gejala depresi. Kondisi ini bisa semakin parah dan bahkan berkembang menjadi perilaku merusak diri sendiri, seperti penyalahgunaan obat-obatan terlarang atau aktivitas seksual yang berisiko.
4. Berdampak pada Kesehatan Fisik
Anak yang dibentak dan sering dimarahi oleh orang tuanya berisiko lebih tinggi mengalami masalah kesehatan tertentu saat dewasa. Ini bisa terjadi ketika anak mengalami stres saat masih anak-anak sehingga memengaruhi kesehatan fisiknya dalam jangka panjang.
Bahaya membentak anak terus-menerus dapat membuat mereka mengalami gangguan mental atau emosional dan perilaku di kemudian hari. Anak juga meniru perilaku orang tuanya dengan membalas, bahkan membentak Anda alih-alih berbicara dengan hormat. Ini juga membuat hubungan keluarga tidak harmonis dan anak menjauhi orang tuanya.
5. Mengalami Nyeri Kronis
Ada hubungan antara kekerasan verbal dengan perkembangan nyeri kronis yang menyakitkan di kemudian hari. Rasa nyeri ini meliputi radang sendi, sakit kepala parah, masalah punggung dan leher, serta sakit kronis lainnya.
Selain mengalami nyeri kronis, sering membentak anak bisa menyebabkan satu atau beberapa masalah emosional, seperti rendah diri, perilaku bullying, dan masalah perilaku.
Baca Juga: 10 Tips Mengajarkan Sopan Santun pada Anak yang Efektif
6. Gejala Kecemasan
Efek psikologis jangka pendek dari membentak anak, salah satunya adalah mengalami gejala kecemasan. Gejala ini ditandai dengan rasa gelisah, jantung berdebar-debar, sesak napas, dan ketegangan otot.
Gejala kecemasan bisa terjadi karena perubahan otak pada anak. Bagian otak yang disebut amigdala berperan penting dalam mengelola rasa takut dan kecemasan. Penelitian membuktikan bahwa orang dengan gangguan kecemasan mengalami peningkatan aktivitas amigdala sebagai respons tubuh terhadap rasa cemas.
7. Mengalami Perilaku Agresif
Selain gejala kecemasan, anak yang sering dibentak memiliki efek psikologis jangka pendek berupa perilaku agresif. Perilaku ini ditandai mudah marah dan bersikap kasar kepada teman sebayanya.
Anak juga berpikir bahwa berteriak saat marah merupakan respons yang wajar sehingga mereka menirunya.
8. Merusak Hubungan dengan Anak
Dilansir dari Parents, sering berteriak dapat merusak hubungan antara orang tua dan anak. Hal ini bisa membuat Anda dan anak saling berselisih satu sama lain sehingga sulit menumbuhkan empati satu sama lain.
Para ahli berpendapat bahwa anak tidak lagi dekat dengan orang tuanya setelah dimarahi atau membentaknya. Ini bisa menciptakan perasaan menantang, defensif, dan ketidakpedulian anak terhadap orang tuanya.
9. Menurunkan Rasa Percaya Diri
Riset membuktikan bahwa anak dengan kekerasan verbal tingkat sedang hingga berat dapat mengalami penurunan rasa percaya diri. Bentuk kekerasan ini yang paling sering dilakukan oleh orang tua, seperti membentak-bentak dan membandingkan anak dengan teman sebayanya.
Terkadang, bentakan dari orang tua disertai dengan kata-kata mengancam, menghina, atau menyakitkan. Ini juga membuat mereka merasa takut.
10. Sulit Bersosialisasi
Marah merupakan respon emosional yang bisa berdampak buruk bagi Anda dan orang-orang terdekat apabila tidak dikontrol dengan tepat. Respon ini dapat menyebabkan pertengkaran, kekerasan fisik, dan menyakit diri sendiri.
Orang tua yang sering memarahi atau membentak anaknya bisa membuat mereka sulit bergaul dan enggan bersosialisasi. Akibatnya, anak juga sulit memiliki hubungan pertemanan dalam jangka waktu panjang.
Baca Juga: Gangguan Belajar pada Anak
Apa Hal yang Harus Dilakukan Jika Terlanjur Membentak Anak?
Terkadang, bentakan dari orang tua terjadi secara tidak sengaja karena stres yang dialaminya. Sebagai contoh, anak yang memecahkan piring saat orang tuanya sedang sibuk memasak.
Jika terlanjur membentak, Anda perlu cepat-cepat sadar bahwa tindakan tersebut tidak benar. Mulailah untuk mengakui kesalahan dan minta maaf kepada anak-anak karena telah meninggikan suara.
Hindari juga membentak anak, meskipun mereka sering kali berteriak untuk mendapatkan hal yang diinginkan. Ajarkan anak bahwa berteriak bukanlah cara komunikasi yang baik.
Beri penjelasan kepada anak bahwa Anda lebih siap mendengarkan mereka selama menunjukkan rasa hormat dan berbicara dengan nada lembut. Anda juga bisa memberi contoh untuk menenangkan diri sebelum berbicara kepada anak saat sedang kesal atau kewalahan.
Ini sangat penting sebagai cara mengenalkan manajemen konflik pada anak. Bahkan, manajemen konflik juga membuat anak mampu memahami kesalahan dirinya sendiri dan orang lain, serta saling memaafkan satu sama lain.
Mulai sekarang, cobalah untuk berbicara jujur kepada anak mengenai kebiasaan berteriak yang tidak baik. Jadikan suasana rumah sebagai lingkungan yang aman, tenang, dan menjadi tempat bagi anggota keluarga untuk saling mengakui perasaannya satu sama lain tanpa menyalahkan, mempermalukan, atau menghakimi.
Cara Mendisiplinkan Anak Selain dengan Berteriak dan Marah-Marah
Berikut ini adalah cara mencegah orang tua membentak anak tetapi tetap mampu mendisiplinkan mereka:
- Beri waktu sejenak: Ketika mulai marah, kontrol emosi Anda dan jangan marah dengan meninggikan suara. Hindari konflik selama beberapa saat, tarik napas dalam-dalam untuk membantu menenangkan diri.
- Beri penjelasan pada anak: Anda bisa berbicara kepada anak terkait perasaan yang dialaminya. Ini akan membuat mereka melakukan hal yang sama dan mampu mengelola emosinya secara optimal.
- Menangani perilaku buruk dengan tenang: Terkadang, anak-anak berperilaku buruk yang membuat Anda menjadi marah. Tangani perilaku anak dengan tenang dan tegas agar mereka paham bahwa perilaku tersebut tidak bisa ditoleransi.
- Hindari kalimat yang mengancam: Kalimat ini dapat berupa “dasar anak malas”, “nanti ibu atau ayah tidak sayang lagi”, atau “berhenti bersikap seperti anak kecil”. Kalimat yang terdengar mengancam bisa menciptakan perasaan marah, kebencian, dan konflik dalam jangka panjang.
Itu dia efek membentak anak dan cara mengatasinya yang perlu orang tua ketahui. Jika sulit mengendalikan emosi saat menghadapi anak, Anda bisa berkonsultasi dengan psikolog di Ciputra Medical Center untuk mendapatkan saran yang tepat.
Ciputra Medical Center menyediakan layanan Mind and Behaviour Clinic bersama dengan psikiatris dan psikolog yang berpengalaman pada bidangnya untuk membentuk pola pikir sehat sehingga mampu menjalankan kehidupan dengan lebih bahagia.
Layanan ini terdiri dari konsultasi, observasi, dan asesmen apabila diperlukan. Mari percayakan kesehatan Anda dan keluarga Anda di Ciputra Medical Center!
Telah direview oleh Christina Tedja, M.Psi.
Source:
- Healthline. 5 Serious Long-Term Effects of Yelling At Your Kids. Mei 2025.
- Healthline. The Long-Lasting Effects of Yelling at Your Kids. Mei 2025.
- MedicineNet. Can Yelling at a Child Be Harmful?. Mei 2025.
- Parents. 6 Reasons Why Yelling at Kids Doesn’t Actually Work. Mei 2025.