Beberapa waktu lalu, kita dikejutkan dengan kasus penyakit polio yang melumpuhkan anak di Kabupaten Pidie, Aceh. Dampak penyakit polio sangat berbahaya bagi anak karena menyebabkan kelumpuhan seumur hidup. Lantas, bagaimana cara mencegah penyakit polio? Pelajari ulasan berikut.
Vaksin dapat memberikan perlindungan jangka panjang untuk menghentikan penularan virus.
Baca Juga: Kenali Gejala Kanker Prostat, Penyakit yang Diidap SBY
Mengenal Penyakit Polio
Polio atau poliomielitis merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus Polio. Polio menjadi penyakit yang mengancam jiwa karena virus mudah menyebar dari orang ke orang lain. Orang dewasa hingga anak-anak dapat berpotensi terkena polio. Namun, anak yang berusia di bawah 5 tahun memiliki risiko lebih besar untuk mendapatkannya.
Terdapat 3 variasi poliovirus yang disebut Strain 1 Brunhilde, Strain 2 Lansig, Strain 3 Leon termasuk family Picornaviridae. Virus polio dapat berupa virus polio vaksin sabin, virus polio liar/WPV (Wild Polio Virus) dan VDPV (Vaccine Derived Poliovirus). VDPV menjadi virus polio yang mengalami mutasi dan dapat menyebabkan kelumpuhan.
Polio liar tipe 2 dan 3 telah diberantas atau sudah tidak ada lagi. Sementara polio liar tipe 1 hanya ada di beberapa bagian dunia. Polio tipe 1 kemungkinan besar menyebabkan kelumpuhan. Masa inkubasi virus polio berlangsung selama 3-6 hari. Kemudian, kelumpuhan akan terjadi sekitar 7-21 hari.
Baca Juga: 10 Cara Menjaga Kesehatan Hati, Yuk Mulai dari Sekarang!
Gejala Penyakit Polio
Kebanyakan orang yang terinfeksi virus polio tidak akan memiliki gejala yang terlihat. Sementara 1 dari 4 orang (atau 25 dari 100 orang) dengan infeksi virus polio akan memiliki gejala, seperti flu di antaranya:
- Demam
- Sakit tenggorokan
- Mual
- Sakit kepala
- Sakit perut
- Kekakuan di leher
- Nyeri tungkai
Kondisi di atas dapat berlangsung 2-5 hari. Kemudian, akan hilang dengan sendirinya. Gejala akan berkembang menjadi lebih serius memengaruhi otak dan sumsum tulang belakang. Gejala penyakit tergantung pada jenis virus polio yang menjangkit penderita. Ada yang dapat menyebabkan meningitis (infeksi penutup sumsum tulang belakang/otak), kelumpuhan (tidak dapat menggerakan bagian tubuh).
Kelumpuhan menjadi gejala paling parah akibat virus polio karena dapat menyebabkan kecacatan permanen dan kematian. Penderita yang mengalami kelumpuhan akibat virus polio meninggal karena virus mempengaruhi otot-otot sehingga tidak dapat bernapas. Anak-anak yang terlihat pulih sepenuhnya dapat mengembangkan nyeri otot baru, kelemahan, atau kelumpuhan saat dewasa. Kondisi ini dapat disebut sebagai sindrom pasca-polio.
Gejala polio dapat kita bedakan menjadi beberapa kelompok:
- Polio Non-paralisis: Polio yang dapat menyebabkan Anda muntah, lemah otot, demam, meningitis, sakit kepala, tangan, leher, punggung, terasa kaku dan sakit.
- Polio Paralisis: Polio yang dapat menyebabkan Anda demam, sakit kepala, kehilangan refleks tubuh, tangan dan kaki terasa lemah, dan lemah otot.
- Sindrom Pasca-Polio: Ketika gejala polio kembali setelah infeksi polio, kondisi ini menyebabkan sulit berkonsentrasi, bernapas atau menelan, lemah otot, depresi, mudah lelah, dan masa otot tubuh menurun.
- Polioensefalitis: Jenis polio langka yang sebagian besar menyerang bayi sehingga menyebabkan pembengkakan otak.
Baca Juga: 5 Jenis Pemeriksaan Kesehatan yang Umum Dilakukan
Upaya Pencegahan dengan Vaksin Polio
Penyakit polio belum ada obatnya hingga saat ini. Bagaimana cara mencegah penyakit polio termasuk dengan vaksin untuk melawan virus polio. Ada 4 jenis vaksin yang dapat mencegah polio:
- Oral Polio Vaccine (OPV), vaksin yang efektif memberikan perlindungan jangka panjang sehingga efektif menghentikan penularan virus. Pemberian vaksin melalui oral atau melalui tetesan di mulut.
- Monovalent Oral Polio Vaccines (mOPV1 and mOPV3), jenis vaksin ini memberikan perlindungan kekebalan pada virus polio tipe 1 (mOPV1) dan tipe 3 (mOPV3) dilisensikan tahun 2005 dan akhirnya mendapat respon imun melawan serotype lain.
- Bivalent Oral Polio Vaccine (bOPV), Vaksin Polio Oral Trivalen kemudian diganti dengan Vaksin Virus Polio Oral Bivalem (bOPV) pada April 2016 untuk mencegah polio lebih baik terhadap jenis virus polio tipe 1 dan 3 dibandingkan OPV trivalen. Sayangnya tidak memberikan kekebalan terhadap virus polio tipe 2.
- Inactivated Polio Vaccine (IPV), vaksin yang mengandung strain polio virus tipe 1-3 vaksin yang diinaktivasi atau mengandung virus tidak aktif. Vaksinasi dilakukan di kaki atau lengan.
Pemberian vaksin polio akan disesuaikan berdasarkan usia. Umumnya satu dosis vaksin polio dilakukan pada usia, 2, 4, 6 dan 18 bulan , antara 4 dan 6 tahun). Vaksin polio dapat melindungi anak-anak dengan mempersiapkan tubuh/ imun alami untuk melawan virus polio.
Upaya Pencegahan dengan Perilaku Hidup Sehat
Selain mendapatkan vaksin polio lengkap, pastikan Anda menjaga kebersihan tangan dengan baik. Rutin mencuci tangan dengan sabun membantu membunuh virus polio. Pastikan mencuci tangan dengan sabun saat tangan kotor, sebelum dan sesudah makan, dan setelah buang air kecil serta besar.
Penting menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat sebagai kunci pencegahan penyakit polio. Virus polio dapat menular melalui saluran cerna. Sanitasi yang baik dapat menekan potensi penularan virus. Polio dapat menyebar melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi virus.
Kebanyakan penderita polio tidak sadar mereka terinfeksi virus polio. Penderita polio tanpa gejala ini berpotensi menyebarkan virus ke orang lain. Selain mencuci tangan, gunakan masker bagi orang yang sakit maupun tidak. Masker dapat mencegah masuknya droplet dari penderita. Sementara itu, hindari pencemaran lingkungan biasakan buang air besar di jamban dan mengalirkannya ke septic tank.
Gejala polio dapat berlangsung beberapa hari sampai seminggu. Namun, kita tidak mengetahui kapan polio berkembang menjadi serius atau bisa melumpuhkan penderitanya. Terutama bagi Anda yang pernah menderita polio sewaktu kecil. Anda dapat mengembangkan sindrom pasca polio sebagai orang dewasa. Meskipun tidak ada obat untuk polio, pastikan untuk melengkapi imunisasi polio pada anak dan orang dewasa.
Telah direview oleh dr. Daitia Djohan Agahari
Source:
Tim Konten Medis