Diperkirakan di seluruh dunia sekitar ada 1 dari 100 anak yang menderita autisme atau autis. Ciri-ciri autisme dapat dideteksi sejak masa anak-anak. Namun, sering kali terdiagnosis di kemudian hari. Di Amerika, diperkirakan 1 dari 700 bayi yang dilahirkan pada setiap tahunnya menderita down syndrome. Ada sekitar 200.000 orang di Amerika yang di diagnosis menderita down syndrome. Apa perbedaan autis dan down syndrome? Simak selengkapnya pada artikel di bawah ini.
Down syndrome adalah kondisi kelebihan kromosom sejak awal perkembangan janin. Sedangkan, autisme terjadi karena gangguan perkembangan saraf pada anak usia dini.
Apa yang Dimaksud dengan Autisme dan Down Syndrome?
Gangguan spektrum autisme, Autism Spectrum Disorder (ASD) adalah kelainan neurologis dan gangguan perkembangan yang memengaruhi cara berkomunikasi, belajar, dan perilaku seseorang. Menurut Manual Diagnostik dan Statistik Gangguan Mental (DSM-5), penderita ASD atau autis sering kali memiliki kesulitan dalam komunikasi dan interaksi dengan orang lain, minat terbatas, perilaku berulang, serta memengaruhi kemampuan untuk berfungsi di bidang kehidupan.
Beberapa faktor yang meningkatkan kemungkinan berkembangnya autis adalah saudara kandung dengan autis, memiliki orang tua yang sudah tua, kondisi genetik tertentu (seperti down syndrome atau sindrom fragile X), atau memiliki berat badan rendah saat lahir.
Baca Juga: 3 Perbedaan ADHD dan Autis pada Anak serta Cara Mendidiknya
Gejala Autisme dan Down Syndrome
Penderita autisme memiliki gejala yang sama. Namun, sebagian besar dari mereka memiliki gejala seperti berikut:
- Melakukan sedikit kontak mata dan tidak konsisten
- Tampak tidak melihat atau mendengar orang yang sedang berbicara
- Jarang menunjukkan atau menikmati minat, emosi, dan aktivitas
- Mengalami kesulitan dalam menjalin hubungan sosial atau pertemanan
- Sering berbicara panjang lebar terkait topik yang kurang diminati lawan bicara
- Menampilkan ekspresi atau gerakan yang tidak sesuai dengan apa yang dibicarakan
- Mengulangi perilaku atau kata yang tidak biasa, atau biasa dikenal echolalia
- Menunjukkan rasa kesal apabila terjadi perubahan dalam rutinitasnya
- Lebih sensitif, dapat juga kurang sensitif terhadap rangsangan sensorik, seperti cahaya, suara, pakaian, dan suhu
- Mengalami kesulitan tidur dan mudah tersinggung
Penderita autis memiliki banyak kelebihan, diantaranya adalah mampu mempelajari sesuatu secara detail, memiliki daya ingat jangka waktu lama, seorang pembelajar visual dan auditori yang kuat, serta unggul dalam matematika, sains, musik, atau seni.
Down syndrome sendiri adalah kondisi genetik, dimana seseorang dilahirkan dengan jumlah kromosom lebih banyak dari normal. Pada orang normal terdapat 23 pasang kromosom sehingga totalnya adalah 46 kromosom dalam setiap sel di tubuhnya. Sedangkan pada penderita down syndrome, ada salinan ekstra kromosom 21 sehingga totalnya menjadi 47 kromosom. Penderita down syndrome biasanya memiliki IQ sedikit lebih rendah dan lambat dalam berbicara.
Penelitian terkait down syndrome masih mempelajari lebih lanjut terkait faktor risiko atau penyebab munculnya down syndrome. Saat ini diketahui bahwa wanita hamil berusia lebih dari 35 tahun mampu meningkatkan risiko memiliki bayi dengan down syndrome. Hal ini karena tingkat kesuburan wanita di usia 35 tahun lebih tinggi. Tetapi, sebagian besar bayi dengan down syndrome lahir dari ibu yang berusia kurang dari 35 tahun karena banyaknya kelahiran bayi di kalangan wanita muda.
Wanita hamil berusia lebih dari 35 tahun memiliki risiko melahirkan bayi down syndrome.
Penderita down syndrome memiliki beberapa ciri atau gejala umum yang dapat dikenali, baik secara fisik, kognitif, dan perilakunya. Inilah gejala down syndrome yang terbagi dalam tiga sub-kategori:
1. Fisik
Gejala atau ciri fisik yang umum ditemukan adalah wajah rata, terutama pada pangkal hidung. Mata berbentuk almond yang sipit, leher pendek, telinga kecil, lidah cenderung menjulur keluar, tangan dan kaki kecil, hingga adanya bintik putih kecil pada iris mata. Selain itu, ada juga yang memiliki jari kelingking melengkung ke ibu jari, tonus otot atau persendian kendur, dan tinggi tubuh cenderung lebih pendek dari pertumbuhan pada normalnya.
Baca Juga: Ciri-Ciri Autisme pada Anak
2. Kognitif
Down syndrome menyebabkan kecacatan dalam perkembangan intelektual seorang anak. Penderita down syndrome akan mengalami keterlambatan dalam perkembangan motorik kasar dan harus (berjalan dan bergerak), keterampilan bahasa (berbicara), keterampilan kognitif (belajar), dan keterampilan sosial serta emosional (bermain). Maka dari itu, anak down syndrome memerlukan waktu lebih lama untuk mengucapkan kata pertama, mengambil langkah pertama, makan secara mandiri, hingga pelatihan toilet.
3. Perilaku
Gejala perilaku juga mungkin akan dimunculkan oleh anak down syndrome. Hal ini disebabkan karena anak tidak mampu mengkomunikasikan kebutuhan mereka secara efektif. Gejala perilaku yang dimunculkan adalah keras kepala, tantrum, kesulitan berkonsentrasi, dan muncul perilaku obsesif atau kompulsif.
Apakah Down Syndrome Termasuk Autisme?
Gangguan spektrum autisme (ASD) atau autisme dan down syndrome bersifat kompleks dan berlangsung seumur hidup. Meskipun autisme dan down syndrome memiliki beberapa karakteristik yang sama, sesungguhnya keduanya berbeda. Down syndrome adalah kondisi kelebihan kromosom yang muncul sejak awal perkembangan janin.
Sedangkan, autisme adalah gangguan perkembangan saraf yang muncul pada anak usia dini. Namun, beberapa penderita down syndrome juga dapat menderita autisme dalam tahap perkembangannya. Dapat disimpulkan bahwa down syndrome tidak termasuk dalam autisme karena keduanya memiliki penyebab yang berbeda.
Perbedaan Autisme dan Down Syndrome
Perbedaan autisme dan down syndrome yang paling terlihat adalah penampilan fisiknya. Autisme tidak memengaruhi penampilan fisik penderita, sedangkan down syndrome dapat memunculkan ciri-ciri fisik yang sangat berbeda dari orang normal. Perbedaan lainnya adalah sebagai berikut:
1. Penderita down syndrome memiliki kesulitan berkomunikasi namun seringkali ramah dan senang bersosialisasi. Sedangkan, penderita autis mungkin lebih suka menyendiri dan tidak suka bersosialisasi.
2. Penderita down syndrome cenderung meniru dan bermain-main dengan orang lain atau teman sebayanya. Sedangkan, penderita autis cenderung mengabaikan orang lain atau teman sebayanya.
3. Penderita down syndrome cenderung mengembangkan bahasa lebih, seperti anak-anak neurotipikal. Sedangkan, penderita autis mengalami gangguan perkembangan bahasa dengan kemampuan komunikasi yang sedikit lebih lambat.
Baca Juga: Ciri-Ciri Anak ADHD
Autis dan down syndrome memang memiliki ciri yang hampir sama. Namun, tetap berbeda. Perbedaan autisme dan down syndrome yang paling menonjol adalah secara fisik, dimana penderita down syndrome memiliki keunikan fisik dibanding lainnya. Selain itu, penyebab dari keduanya juga berbeda, maka dari itu intervensi dan dukungan klinis yang dilakukan juga akan berbeda.
Telah direview oleh dr. Surya Seftiawan Pratama
Source:
Tim Konten Medis