Gejala midlife crisis adalah merasa cemas dengan usia, kehilangan motivasi, ingin mencari hal baru, atau mempertanyakan tujuan hidup. Kondisi ini biasanya dipicu oleh faktor stres, perubahan fisik karena penuaan, masalah karier, hingga tekanan sosial dan keluarga.

Midlife Crisis adalah istilah psikologi popular untuk menggambarkan kondisi seseorang yang sedang berada pada rentang usia 40-60 tahun mengalami stres atau merasakan tertekan. Namun, bukan disebabkan oleh kehadiran sebuah masalah besar, melainkan diri sendiri sebagai sumber stres tersebut.
Midlife Crisis merupakan proses pencarian jati diri baru untuk masa depan. Istilah ini bukan merupakan istilah klinis sehingga tidak dipakai untuk mendiagnosa kesehatan mental seseorang, melainkan dapat digunakan untuk menggambarkan kondisi seseorang.
Apa Itu Midlife Crisis?
Midlife crisis adalah kondisi yang biasanya dialami orang dewasa usia 40–60 tahun, ketika mereka mulai mengevaluasi hidup dan menyadari tentang penuaan. Pada fase ini, sebagian orang bisa merasa bingung dengan tujuan hidup hingga memengaruhi hubungan maupun karier.
Kondisi ini dapat berdampak pada cara pandang terhadap diri sendiri dan menurunkan rasa percaya diri. Akibatnya, muncul perubahan emosi, perilaku, hingga hubungan sosial saat seseorang berusaha beradaptasi dengan fase hidup di usia paruh baya.
Perasaan cemas, menyesal, atau bahkan depresi sering muncul karena proses penuaan. Namun, midlife crisis tidak selalu berakhir negatif, karena bisa juga menjadi momen untuk menemukan hal positif dan membangun kehidupan yang lebih bermakna.
Baca Juga: Kenali 9 Jenis Gangguan Mental Paling Umum dan Gejalanya
Gejala Midlife Crisis
Gejala midlife crisis bisa berbeda pada setiap orang dan sering dipengaruhi oleh jenis kelamin. Wanita biasanya lebih banyak mengalami masa refleksi diri, sedangkan pria lebih sering merasa keputusan di masa lalu membatasi pilihan hidup di masa depan.
Beberapa tanda midlife crisis yang umum antara lain:
- Kesedihan mendalam dan penyesalan, sering merasa kehilangan kesempatan dalam pekerjaan atau hubungan sehingga sulit menghargai hal baik dalam hidup.
- Gelisah dan suka berandai-andai, merasa bosan dengan rutinitas hingga sering membayangkan hidup berbeda jika mengambil jalan lain.
- Mudah marah, muncul rasa kecewa terhadap diri sendiri yang dilampiaskan pada pasangan, keluarga, atau teman.
- Nostalgia, terlalu fokus pada masa lalu dan membandingkannya dengan kondisi saat ini.
- Perilaku impulsif, misalnya belanja berlebihan, makan berlebihan, atau konsumsi alkohol untuk menutupi rasa tidak puas.
- Perubahan gairah seksual, bisa meningkat atau menurun, bahkan muncul keinginan berselingkuh karena rasa tidak aman dengan penuaan.
- Perubahan ambisi, ada yang tiba-tiba ingin mengejar target baru seperti pindah rumah atau karier, tetapi ada juga yang kehilangan motivasi karena mempertanyakan makna hidup.
Penyebab Midlife Crisis
Midlife Crisis muncul karena pada fase usia 40–60, seseorang memiliki tugas perkembangan yang berbeda daripada fase sebelumnya. Pada usia ini terjadi perubahan bermakna, seperti kondisi fisik yang mulai menurun, anak-anak yang beranjak dewasa, serta pasangan yang mulai kembali membangun kedekatan setelah sibuk dengan karier dan mengurus anak.
Individu di fase ini biasanya ingin menata kembali hidupnya karena adanya perubahan-perubahan tersebut. Berdasarkan teori psikososial Erik Erikson, usia dewasa tengah merupakan fase generativity vs stagnation.
Fase generativity muncul dengan keterlibatan aktif dalam keluarga dan komunitas, menjalani relasi, serta melakukan kegiatan yang Anda senangi seperti hobi baru maupun lama. Seluruh pengalaman ini dapat meningkatkan kepuasan hidup seseorang.
Sebaliknya, jika gagal menjalani fase tersebut, individu bisa masuk ke fase stagnation. Pada kondisi ini, seseorang cenderung lebih individualis, terlalu banyak mengevaluasi diri, hingga kehilangan kesempatan membangun relasi berkualitas yang akhirnya menurunkan kepuasan hidup dan rasa percaya diri.
Baca Juga: Pentingnya Menjaga Kesehatan Mental Remaja dan Dewasa
Dampak Midlife Crisis pada Diri Sendiri dan Sosial
Fase midlife crisis tidak muncul dalam semalam. Biasanya terjadi secara perlahan seiringnya waktu dengan mulai banyak mengevaluasi apa yang sudah terjadi dan apakah yang dilakukan selama ini sudah memuaskan baginya atau apakah itu cukup berarti bagi dirinya sendiri atau bagi orang terdekatnya.
Seseorang pada fase ini juga mulai meragukan kapasitas dirinya sendiri, mempertanyakan apa yang hendak dicari, seperti menentukan kembali tujuan hidup di fase yang lebih dewasa atau matang. Kebingungan ini dapat membuat rasa percaya diri seseorang menjadi semakin menurun dan tidak puas terhadap hidupnya sendiri.
Tidak hanya itu, secara sosial seseorang akan cenderung menarik diri karena merasa tidak berguna, atau merasa tidak dapat terlibat dan memberikan manfaat bagi orang lain. Relasi bersama dengan keluarga juga semakin berjarak atau cenderung hanya ingin menghabiskan waktu bersama pasangan saja atau sendiri.
Oleh karena itu, pada individu yang sedang pada fase ini, sangat rentan mengalami isu mental seperti cemas atau depresi.
Cara Menghadapi Midlife Crisis
Menghadapi fase Midlife Crisis ini bisa lebih menantang apabila seseorang memiliki riwayat isu kesehatan mental. Perlu diskusikan dengan professional anda untuk memastikan kondisi cemas atau depresi tidak kambuh atau datang bersamaan ketika berhadapan dengan isu Midlife Crisis.
Beberapa hal yang dapat anda lakukan untuk menghadapi Midlife Crisis adalah sebagai berikut:
- Berbagi. Ceritakan pikiran dan kekhawatiran pada orang yang Anda percaya agar bisa mendapat sudut pandang yang lebih objektif.
- Ubah cara berpikir. Hindari pikiran keliru seperti menganggap diri gagal hanya karena belum mencapai standar tertentu, dan bila perlu minta bantuan profesional.
- Tentukan tujuan baru. Buat target yang realistis sesuai kondisi saat ini, lalu susun berdasarkan prioritas agar lebih terarah.
- Libatkan diri pada kegiatan-kegiatan baru atau hobi lama. Lakukan secara berkala dan dapat Anda selingi dengan olahraga.
- Pada usia 40-60 perubahan fisik juga turut mempengaruhi kondisi mental seseorang, oleh karena itu aplikasikan gaya hidup sehat termasuk gizi seimbang untuk mendapatkan hormon yang seimbang.
Baca Juga: Mengenal Hypophrenia atau Merasa Sedih Tanpa Sebab
Gejala midlife crisis yang sebaiknya periksak ke dokter antara lain perasaan sedih berkepanjangan, cemas berlebihan, atau kehilangan minat pada aktivitas sehari-hari. Anda bisa konsultasi ke Ciputra Medical Center. Klinik ini menyediakan layanan jantung lengkap, serta kemudahan cek jadwal dokter dan buat janji lewat WhatsApp.
Telah direview oleh Desi Puspita Sari, M.Psi.
Source:
- International Journal of Behavioral Development. Midlife as a pivotal period in the life course. September 2025.
- Verywell Mind. Midlife Crisis: Why We Reevaluate Our Lives at the Halfway Mark. September 2025.